Pengukuhan tersebut ditandai dengan pemasangan pin emas dan salempang kebesaran, serta penyerahan pataka dan penyerahan cindera mata oleh Pj. Gubernur Sulbar, Prof. Zudan Arif Fakrulloh kepada Muhammad Idris sebagai Tomakaka ke -19 dan Lilis Suriani Tomaka Baine Adaq Tuho Ulumanda, disaksikan seluruh masyarakat Kecamatan Ulumanda.
Dalam kesempatan itu, Muhammad Idris menjelaskan alasan pengukuhan tersebut. Ia mengatakan, pengukuhan dirinya atas kesepakatan keluarga sesudah saudara tertuanya Fahri DP mangkat, kemudian keluarga mencari figur yang bisa memenuhi syarat untuk melanjutkan tradisi Ulumanda yaitu mengangkat Tomakaka selanjutnya.
Tradisi Pengukuhan Adaq Tomakaka ini, lanjut Idris, tidak dipersiapkan naskah pelantikan seperti pengambilan sumpah dan jabatan lainnya.
“Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim tugas mulia ini dari seluruh keluarga dan masyarakat di Ulumanda, Saya terima sebagai sebuah penghormatan dan sebagai sebuah tanggung jawab,” tutur Idris.
Idris juga sedikit meriwayatkan tradisi keistimewaan yang unik dalam Adat Ulumanda. Salah satunya adalah tata bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu Bahasa Manneneq.
Selain itu, Ia juga menjelaskan sejarah prinsip-prinsip Adat Tomakaka Ulumanda yang diwariskan dari leluhurnya lebih banyak merepresentasikan, pertama informal kepemimpinan, yang jika disangkut pautkan di zaman modern ini seperti integritas, kejujuran dan kemampuan seorang pemimpin menjaga nama baik untuk tidak melakukan perbuatan tidak terpuji.
Kedua Sakka’ Pariama, yang lebih banyak mengatur aspek perekonomian dan pertanian yang bilamana kepercayaan adat ini dilanggar akan menjadi permasalahan kolektif.
“Jadi kepercayaan ini dianggap sebagai sebuah jaminan kesuksesan dalam bertani atau berusaha,” ucap Idris.
Ketiga Sakka’ Pambojangang atau Kepemimpinan, yang dapat menyelesaikan permasalahan dalam rumah tangga, yang harus menjadi penengah, netral atau menjadi perantara komunikasi hubungan yang baik bagi pihak manapun.
Keempat, Aspek Hukum, yang mengatur soal persiapan akhir perjalanan hidup seorang manusia dalam menghadapi kematian atau Sakka’ Tomate.
“Makanya pekerjaan Tomakaka ini kalau Saya pribadi merasakan sesudah dikukuhkan hari ini, sepertinya lebih berat dari menjalankan tugas Saya sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Sulbar. Tapi hal ini tidak bisa juga Saya hindari,” tambahnya.
Turut hadir Maradika Mamuju Andi Bau Akram Dai, dan sejumlah tokoh adat, serta pejabat Pemprov Sulbar dan Pemkab Majene. (rls)